Sejarah perjalanan panjang Shaggydog




Shaggydog adalah sebuah band yang terbentuk di Sayidan-sebuah kampung dipinggir sungai di tengah kota Jogja-yang nyaman dan damai. Pada Tanggal 1 Juni 1997, band yang beranggotakan Heru, Richard, Raymond, Bandizt, Lilik & Yoyo' ini sepakat untuk menyebut musik yang mereka mainkan sebagai “Doggy Stylee” ; perpaduan antara beberapa unsur musik seperti ska, reggae, jazz, swing dan rock n’ roll, bahkan sampai rock yang di-mix secara special oleh 6 orang bartender ini.
Cherry Poppin Daddies, Hepcat, Bob Marley, Song Beach Dub Allstars merupakan sebagian kecil dari band-band yang meng-influence Shaggydog. Yang lain? Pahit manis hidup adalah inspirasi mereka

Waktu pun berlalu, show demi show mereka jalani. Pada tahun 1999 album shaggydog yang pertama diliris. Dengan label Doggy House (management Shaggydog), Album yang diberi title “SHAGGYDOG” ini membuahkan hasil yang diluar dugaan. 20.000 copy habis terjual. Jumlah yang cukup besar untuk sebuah band indie. Semenjak itu Shaggydog pun mulai show di daerah-daerah seputar Nusantara…dari Jawa sampai ke Lombok..sampai-sampai mereka rela meninggalkan bangku kuliah.

Dua tahun setelah itu, tepatnya tahun 2001, album kedua yang bertitel “BERSAMA” diliris. Kalau kalian tahu, album ini benar-benar diliris dengan cucuran keringat dan air mata. Motor sang manager pun tergadaikan. Bukan itu saja, rekaman yang berlangsung di Bandung ini sampai memaksa mereka untuk ngamen di kawasan Dago karena kehabisan duit…What a life Man..!!

Tahun 2003 merupakan "Lucky Year" buat Shaggydog. Dimulai New Year Party di UPN Jogja, sekitar 20.000 doggiez tumplek..blek berdansa bersama Shaggydog. Bulan Maret, Mei Shaggydog menjalani Tour 8 Kota (Semarang, Solo, Tegal, Salatiga, Purwokerto, Pekalongan, Jogja, Magelang). Dari banyaknya show, basic massa yang fanatik, musik yang ceria dan lirik yang nakal dalah beberapa diantara faktor kesuksesan Shaggydog. Dengan berbekal materi yang cukup matang, Shaggydog mengajak EMI Indonesia untuk melakukan kolaborasi agar musik yang dihasilkan Shaggydog dapat tersebar lebih luas. Kolaborasi ini akhirnya menghasilkan album ketiga Shaggydog dengan titel "HOT DOGZ". Kalau kalian pasang telinga lebar2 selebar kuping gajah...pasti syaraf urat kalian tidak sabar untuk segera mengikuti irama lagu-lagu Shaggydog di album ini.

Lagu-lagu Shaggydog tidak hanya tersebar di Indonesia, tahun 2003 sebuah perusahaan rekaman di Jepang meminta salah satu lagu Shaggydog untuk ikut kompilasi album "ASIAN SKA FOUNDATION" yang berisi band-band ska se-Asia. Sayangnya cuma beredar di Jepang. Lagu "Second Girl" yang diikutkan Shaggydog dalam kompilasi ini.

Perjalanan panjang dan berbagai hambatan yang telah menyertai karir Shaggydog selama ini telah membulatkan tekad para personil Shaggydog untuk lebih mempertajam taring mereka (kaya macan yaa) di industri musik Indonesia. Dengan kemampuan musikalitas yang semakin berkembang menunjukkan kalau tidak hanya berharap bisa diterima oleh penikmat musik di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia sekaligus akan membuat persaingan pada industri musik semakin panas.

The Dawgz

Heru
Vocal

Name : Heru Wahyono
Place of Birth : Denpasar, Bali
Role : Vocal
Virtue : Always make friends
Vice : Always forget about something
Desert Island Disc : Bob Marley
Favorite Hangover Cure : Orange Juice and a warm kiss

Richard
Guitarist

Name : Richard Bernado
Place of Birth : Yogyakarta
Role : Guitarist
Virtue : Animal Lover
Vice : Obsession with bodily functions
Desert Island Disc : Tom Waits, Neil Young, Ramones, The Clash & The Skatalites
Favorite Hangover Cure : Sex
What gets me up in the morning : My monkey Rudy wanting to play

Raymond
Lead Guitar

Name : Raymondus Anton Bramantoro
Place of Birth : Yogyakarta
Role : Lead Guitar
Virtue : Say hello to my mom
Vice : Waking up late
Desert Island Disc : Blues, Jamaican Music
Favorite Hangover Cure : Water & Vitamins
What gets me up in the morning : Taking mom shopping
On Shaggydog : Cool band, good guys and crazy

Bandizt
Bass

Name : Aloysius Oddisey Sanco
Place of Birth : Yogyakarta
Role : Bass
Virtue : Entertain
Vice : High Temper
Desert Island Disc : Rancid, the Specials, Marley, Black Music
Favorite Hangover Cure : Sleep
What gets me up in the morning : Something to do
On Shaggydog : Family and Brotherhood

Lilik
Keyboardist

Name : Lilik Sugiyarto
Place of Birth : Yogyakarta
Role : Keyboardist
Virtue : Looking for a new friends
Vice : Snoring
Desert Island Disc : UB 40, Bob Marley, etc
Favorite Hangover Cure : Lemon Ice, Drink Squash
What gets me up in the morning : Something to do

Yoyok
Drummer

Name : Yustinus Satria Hendrawan
Place of Birth : Yogyakarta
Role : Drummer
Virtue : Silent Soul
Vice : Waking up late
Desert Island Disc : Steward Copeland (Police)
Favorite Hangover Cure : Morning Sun, a cup of tea, cigar, reggae music
What gets me up in the morning : Playing my drum
On Shaggydog : My second family, my office, my hope

Posted by rizx.

Download - Shaggydog - Bersinarlah Kembali.(Full album)


http://www.mediafire.com/?sharekey=5dfefd811d096549b23d46d387c3ecfb0533f8b7384023bd4eb74d8a6cde9cae

A Little “Underground Music History” In Indonesia


(CP from : erizx zaxl)

Saya mencoba menyelamatkan sebuah arsip menarik yang penting tentang runutan sejarah perkembangan musik Rock Di Tanah Air. Untuk referensi dan sumber yang saya dapatkan dari hasil Googling ternyata berada dalam arsip mail seseorang. Silakan nikmati, niscaya anda akan seperti saya, yang terkaget-kaget membacanya.

Awal Mula

Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy(Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Istilah underground sendiri sebenarnya sudah digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70- an. Istilah tersebut digunakan majalah musik dan gaya hidup pionir asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih `liar’ dan `ekstrem’ untuk ukuran jamannya. Padahal kalau mau jujur, lagu-lagu yang dimainkan band- band tersebut di atas bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar negeri macam Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones hingga ELP. Tradisi yang kontraproduktif ini kemudian mencatat sejarah
namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta). Selain itu Log jugalah yang membidani lahirnya label rekaman rock yang pertama di Indonesia, Logiss Records. Produk pertama label ini adalah album
ketiga God Bless, “Semut Hitam” yang dirilis tahun 1988 dan ludes hingga 400.000 kaset di seluruh Indonesia.

Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal yang lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band- band yang menjadi gods-nya antara lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura. Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama kali lahir dari genre musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum populer) ini biasa hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker Head, selain nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh Tante Esther, owner Pid Pub, diberi kesempatan untuk bisa manggung di sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live show dari band-band baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung musik rock atau metal.

Band-band yang sering hang out di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica & Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of Resources (Exodus), Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (GN’R), Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus hingga Alien Scream (Obituary). Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya banyak yang membelah diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah cikal bakal band gothic metal Getah, sedangkan Parau adalah embrio band death metal lawas Alien Scream. Selain itu Oddie, vokalis Painfull Death selanjutnya membentuk grup industrial Sic Mynded di Amerika Serikat bersama Rudi Soedjarwo (sutradara Ada Apa Dengan Cinta?). Rotor sendiri dibentuk pada tahun 1992 setelah cabutnya gitaris Sucker Head, Irvan Sembiring yang merasa konsep musik Sucker Head saat itu masih kurang ekstrem baginya.

Semangat yang dibawa para pendahulu ini memang masih berkutat pola tradisi `sekolah lama’, bangga menjadi band cover version! Di antara mereka semua, hanya Roxx yang beruntung bisa rekaman untuk single pertama mereka, “Rock Bergema”. Ini terjadi karena mereka adalah salah satu finalis Festival Rock Se-Indonesia ke-V. Mendapat kontrak rekaman dari label adalah obsesi yang terlalu muluk saat itu. Jangankan rekaman, demo rekaman bisa diputar di radio saja mereka sudah bahagia. Saat itu stasiun radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock/metal adalah Radio Bahama, Radio Metro Jaya dan Radio SK. Dari beberapa radio tersebut mungkin yang paling legendaris adalah Radio Mustang. Mereka punya program bernama Rock N’ Rhythm yang
mengudara setiap Rabu malam dari pukul 19.00 – 21.00 WIB. Stasiun radio ini bahkan sempat disatroni langsung oleh dedengkot thrash metal Brasil, Sepultura, kala mereka datang ke Jakarta bulan Juni 1992. Selain medium radio, media massa yang kerap mengulas berita- berita rock/metal pada waktu itu hanya Majalah HAI, Tabloid Citra Musik dan Majalah Vista.

Selain hang out di Pid Pub tiap akhir pekan, anak-anak metal ini sehari-harinya nongkrong di pelataran Apotik Retna yang terletak di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Beberapa selebritis muda yang dulu sempat nongkrong bareng (groupies?) anak-anak metal ini antara lain Ayu Azhari, Cornelia Agatha, Sophia Latjuba, Karina Suwandi hingga Krisdayanti. Aktris Ayu Azhari sendiri bahkan sempat dipersunting sebagai istri oleh (alm) Jodhie Gondokusumo yang merupakan vokalis Getah dan juga
mantan vokalis Rotor.

Tak seberapa jauh dari Apotik Retna, lokasi lain yang sering dijadikan lokasi rehearsal adalah Studio One Feel yang merupakan studio latihan paling legendaris dan bisa dibilang hampir semua band- band rock/metal lawas ibukota pernah rutin berlatih di sini. Selain Pid Pub, venue alternatif tempat band-band rock underground
manggung pada masa itu adalah Black Hole dan restoran Manari Open Air di Museum Satria Mandala (cikal bakal Poster Café). Diluar itu, pentas seni MA dan acara musik kampus sering kali pula di “infiltrasi” oleh band-band metal tersebut. Beberapa pensi yang historikal di antaranya adalah Pamsos (SMA 6 Bulungan), PL Fair (SMA
Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82), acara musik kampus Universitas
Nasional (Pejaten), Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia (Depok), Unika Atmajaya Jakarta, Institut Teknologi Indonesia (Serpong) hingga Universitas Jayabaya (Pulomas).

Berkonsernya dua supergrup metal internasional di Indonesia, Sepultura (1992) dan Metallica (1993) memberi kontribusi cukup besar bagi perkembangan band-band metal sejenis di Indonesia. Tak berapa lama setelah Sepultura sukses “membakar” Jakarta dan Surabaya, band speed metal Roxx merilis album debut self-titled mereka di bawah
label Blackboard. Album kaset ini kelak menjadi salah satu album speed metal klasik Indonesia era 90-an. Hal yang sama dialami pula oleh Rotor. Sukses membuka konser fenomenal Metallica selama dua hari berturut-turut di Stadion Lebak Bulus, Rotor lantas merilis album thrash metal major labelnya yang pertama di Indonesia, Behind The 8th Ball (AIRO). Bermodalkan rekomendasi dari manajer tur Metallica dan honor 30 juta rupiah hasil dua kali membuka konser Metallica, para personel Rotor (minus drummer Bakkar Bufthaim) lantas eksodus ke negeri Paman Sam untuk mengadu nasib. Sucker Head sendiri tercatat paling telat dalam merilis album debut dibanding band
seangkatan mereka lainnya. Setelah dikontrak major label lokal, Aquarius
Musikindo, baru di awal 1995 mereka merilis album `The Head Sucker’. Hingga kini Sucker Head tercatat sudah merilis empat buah album.

Dari sedemikian panjangnya perjalanan rock underground di tanah air, mungkin baru di paruh pertama dekade 90-anlah mulai banyak terbentuk scene-scene underground dalam arti sebenarnya di Indonesia. Di Jakarta sendiri konsolidasi scene metal secara masif berpusat di Blok M sekitar awal 1995. Kala itu sebagian anak-anak metal sering
terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza dan di sebuah resto waralaba terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah bertukar informasi tentang band-band lokal daninternasional, barter CD, jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan pengorganisiran konser. Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok Mall yang kebetulan letaknya berada di bawah tanah.

Pada era ini hype musik metal yang masif digandrungi adalah subgenre yang makin ekstrem yaitu death metal, brutal death metal, grindcore, black metal hingga gothic/doom metal. Beberapa band yang makin mengkilap namanya di era ini adalah Grausig, Trauma, Aaarghhh, Tengkorak, Delirium Tremens, Corporation of Bleeding, Adaptor, Betrayer, Sadistis, Godzilla dan sebagainya. Band grindcore Tengkorak pada tahun 1996 malah tercatat sebagai band yang pertama kali merilis mini album secara independen di Jakarta dengan judul `It’s A Proud To Vomit Him’. Album ini direkam secara profesional di Studio Triple M, Jakarta dengan sound engineer Harry Widodo (sebelumnya pernah menangani album Roxx, Rotor, Koil, Puppen dan PAS).

Tahun 1996 juga sempat mencatat kelahiran fanzine musik underground pertama di Jakarta, Brainwashed zine. Edisi pertama Brainwashed terbit 24 halaman dengan menampilkan cover Grausig dan profil band Trauma, Betrayer serta Delirium Tremens. Di ketik di komputer berbasis system operasi Windows 3.1 dan lay-out cut n’ paste tradisional, Brainwashed kemudian diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin foto kopi milik saudara penulis sendiri. Di edisi-edisi berikutnya Brainwashed mengulas pula band-band hardcore, punk bahkan ska. Setelah terbit fotokopian hingga empat edisi, di tahun 1997 Brainwashed sempat dicetak ala majalah profesional dengan cover
penuh warna. Hingga tahun 1999 Brainwashed hanya kuat terbit hingga tujuh edisi, sebelum akhirnya di tahun 2000 penulis menggagas format e-zine di internet (www.bisik.com). Media-media serupa yang selanjutnya lebih konsisten terbit di Jakarta antara lain Morbid Noise zine, Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic zine dan
sebagainya.

29 September 1996 menandakan dimulainya sebuah era baru bagi perkembangan rock underground di Jakarta. Tepat pada hari itulah digelar acara musik indie untuk pertama kalinya di Poster Café. Acara bernama “Underground Session” ini digelar tiap dua minggu sekali pada malam hari kerja. Café legendaris yang dimiliki rocker gaek
Ahmad Albar ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie baru yang memainkan genre musik berbeda dan lebih variatif. Lahirnya scene Brit/indie pop, ledakan musik ska yang fenomenal era 1997 – 2000 sampai tawuran massal bersejarah antara sebagian kecil massa Jakarta dengan Bandung terjadi juga di tempat ini. Getah,
Brain The Machine, Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside, RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB, Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable, Jepit Rambut, Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah sebagian kecil band-band yang `kenyang’ manggung di sana.

10 Maret 1999 adalah hari kematian scene Poster Café untuk selama- lamanya. Pada hari itu untuk terakhir kalinya diadakan acara musik di sana (Subnormal Revolution) yang berujung kerusuhan besar antara massa punk dengan warga sekitar hingga berdampak hancurnya beberapa mobil dan unjuk giginya aparat kepolisian dalam membubarkan massa. Bubarnya Poster Café diluar dugaan malah banyak melahirkan venue- venue alternatif bagi masing-masing scene musik indie. Café Kupu- Kupu di Bulungan sering digunakan scene musik ska, Pondok Indah Waterpark, GM 2000 café dan Café Gueni di Cikini untuk scene Brit/indie pop, Parkit De Javu Club di Menteng untuk gigs punk/hardcore dan juga indie pop. Belakangan BB’s Bar yang super- sempit di Menteng sering disewa untuk acara garage rock-new wave-mellow punk juga rock yang kini sedang hot, seperti The Upstairs, Seringai, The Brandals, C’mon Lennon, Killed By Butterfly, Sajama Cut,
Devotion dan banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin yang paling `netral’ dan digunakan lintas-scene cuma Nirvana Café yangterletak di basement Hotel Maharadja, Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002 silam, Puppen `menghabisi riwayat’ mereka dalam sebuah konser bersejarah yang berjudul, “Puppen : Last Show Ever”, sebuah rentetan show akhir band Bandung ini sebelum membubarkan diri.

Scene Punk/Hardcore/Brit/Indie Pop

Invasi musik grunge/alternative dan dirilisnya album Kiss This dari Sex Pistols pada tahun 1992 ternyata cukup menjadi trigger yang ampuh dalam melahirkan band-band baru yang tidak memainkan musik metal. Misalnya saja band Pestol Aer dari komunitas Young Offender yang diawal kiprahnya sering meng-cover lagu-lagu Sex Pistols lengkap dengan dress-up punk dan haircut mohawknya. Uniknya, pada perjalanan selanjutnya, sekitar tahun 1994, Pestol Aer kemudian mengubah arah musik mereka menjadi band yang mengusung genre british/indie pop ala The Stone Roses. Konon, peristiwa historik ini
kemudian menjadi momen yang cukup signifikan bagi perkembangan scene british/indie pop di Jakarta. Sebelum bubar, di pertengahan 1997 mereka sempat merilis album debut bertitel `…Jang Doeloe’. Generasi awal dari scene brit pop ini antara lain adalah band Rumahsakit, Wondergel, Planet Bumi, Orange, Jellyfish, Jepit Rambut, Room-V,
Parklife hingga Death Goes To The Disco.

Pestol Aer memang bukan band punk pertama, ibukota ini di tahun 1989 sempat melahirkan band punk/hardcore pionir Antiseptic yang kerap memainkan nomor-nomor milik Black Flag, The Misfits, DRI sampai Sex Pistols. Lukman (Waiting Room/The Superglad) dan Robin (Sucker Head/Noxa) adalah alumnus band ini juga. Selain sering manggung di Jakarta, Antiseptic juga sempat manggung di rockfest legendaris Bandung, Hullabaloo II pada akhir 1994. Album debut Antiseptic sendiri yang bertitel `Finally’ baru rilis delapan tahun kemudian (1997) secara D.I.Y. Ada juga band alternatif seperti Ocean yang memainkan musik ala Jane’s Addiction dan lainnya, sayangnya mereka tidak sempat merilis rekaman.

Selain itu, di awal 1990, Jakarta juga mencetak band punk rock The Idiots yang awalnya sering manggung meng-cover lagu-lagu The Exploited. Nggak jauh berbeda dengan Antiseptic, baru sembilan tahun kemudian The Idiots merilis album debut mereka yang bertitel `Living Comfort In Anarchy’ via label indie Movement Records. Komunitas-
komunitas punk/hardcore juga menjamur di Jakarta pada era 90-an tersebut. Selain komunitas Young Offender tadi, ada pula komunitas South Sex (SS) di kawasan Radio Dalam, Subnormal di Kelapa Gading, Semi-People di Duren Sawit, Brotherhood di Slipi, Locos di Blok M hingga SID Gank di Rawamangun.

Sementara rilisan klasik dari scene punk/hardcore Jakarta adalah album kompilasi Walk Together, Rock Together (Locos Enterprise) yang rilis awal 1997 dan memuat singel antara lain dari band Youth Against Fascism, Anti Septic, Straight Answer, Dirty Edge dan sebagainya. Album kompilasi punk/hardcore klasik lainnya adalah Still One, Still Proud (Movement Records) yang berisikan singel dari Sexy Pig, The Idiots, Cryptical Death hingga Out Of Control.

Bandung scene

Di Bandung sekitar awal 1994 terdapat studio musik legendaris yang menjadi cikal bakal scene rock underground di sana. Namanya Studio Reverse yang terletak di daerah Sukasenang. Pembentukan studio ini digagas oleh Richard Mutter (saat itu drummer PAS) dan Helvi. Ketika semakin berkembang Reverse lantas melebarkan sayap bisnisnya dengan
membuka distro (akronim dari distribution) yang menjual CD, kaset, poster, t-shirt, serta berbagai aksesoris import lainnya. Selain distro, Richard juga sempat membentuk label independen 40.1.24 yang rilisan pertamanya di tahun 1997 adalah kompilasi CD yang bertitel “Masaindahbangetsekalipisan.” Band-band indie yang ikut serta di kompilasi ini antara lain adalah Burger Kill, Puppen, Papi, Rotten To The Core, Full of Hate dan Waiting Room, sebagai satu- satunya band asal Jakarta.

Band-band yang sempat dibesarkan oleh komunitas Reverse ini antara lain PAS dan Puppen. PAS sendiri di tahun 1993 menorehkan sejarah sebagai band Indonesia yang pertama kali merilis album secara independen. Mini album mereka yang bertitel “Four Through The S.A.P” ludes terjual 5000 kaset dalam waktu yang cukup singkat. Mastermind yang melahirkan ide merilis album PAS secara independen tersebut adalah (alm) Samuel Marudut. Ia adalah Music Director Radio GMR, sebuah stasiun radio rock pertama di Indonesia yang kerap memutar demo-demo rekaman band-band rock amatir asal Bandung, Jakarta dan sekitarnya. Tragisnya, di awal 1995 Marudut ditemukan tewas tak bernyawa di kediaman Krisna Sucker Head di Jakarta. Yang mengejutkan, kematiannya ini, menurut Krisna, diiringi lagu The End dari album Best of The Doors yang diputarnya pada tape di kamar Krisna. Sementara itu Puppen yang dibentuk pada tahun 1992 adalah salah satu pionir hardcore lokal yang hingga akhir hayatnya di tahun 2002 sempat merilis tiga album yaitu, Not A Pup E.P. (1995), MK II (1998) dan Puppen s/t (2000). Kemudian menyusul Pure Saturday dengan albumnya yang self-titled. Album ini kemudian dibantu promosinya oleh Majalah Hai. Kubik juga mengalami hal yang sama, dengan cara bonus kaset 3 lagu sebelum rilis albumnya.

Agak ke timur, masih di Bandung juga, kita akan menemukan sebuah komunitas yang menjadi episentrum underground metal di sana, komunitas Ujung Berung. Dulunya di daerah ini sempat berdiri Studio Palapa yang banyak berjasa membesarkan band-band underground cadas macam Jasad, Forgotten, Sacrilegious, Sonic Torment, Morbus Corpse, Tympanic Membrane, Infamy, Burger Kill dan sebagainya. Di sinilah kemudian pada awal 1995 terbit fanzine musik pertama di Indonesia yang bernama Revograms Zine. Editornya Dinan, adalah vokalis band Sonic Torment yang memiliki single unik berjudul “Golok Berbicara”. Revograms Zine tercatat sempat tiga kali terbit dan kesemua materi isinya membahas band-band metal/hardcore lokal maupun internasional.

Kemudian taklama kemudian fanzine indie seperti Swirl, Tigabelas, Membakar Batas dan yang lainnya ikut meramaikan media indie. Ripple dan Trolley muncul sebagai majalah yang membahas kecenderungan subkultur Bandung dan jug lifestylenya. Trolley bangkrut tahun 2002, sementara Ripple berubah dari pocket magazine ke format majalah standar. Sementara fanzine yang umumnya fotokopian hingga kini masih terus eksis. Serunya di Bandung tak hanya musik ekstrim yang maju tapi juga scene indie popnya. Sejak Pure Saturday muncul, berbagai band indie pop atau alternatif, seperti Cherry Bombshell, Sieve, Nasi Putih hingga yang terkini seperti The Milo, Mocca, Homogenic. Begitu pula scene ska yang sebenarnya sudah ada jauh sebelum trend ska besar. Band seperti Noin Bullet dan Agent Skins sudah lama mengusung genre musik ini.

Siapapun yang pernah menyaksikan konser rock underground di Bandung pasti takkan melupakan GOR Saparua yang terkenal hingga ke berbagai pelosok tanah air. Bagi band-band indie, venue ini laksana gedung keramat yang penuh daya magis. Band luar Bandung manapun kalau belum di `baptis’ di sini belum afdhal rasanya. Artefak subkultur bawah tanah Bandung paling legendaris ini adalah saksi bisu digelarnya beberapa rock show fenomenal seperti Hullabaloo, Bandung Berisik hingga Bandung Underground. Jumlah penonton setiap acara-acara di atas tergolong spektakuler, antara 5000 – 7000 penonton! Tiket masuknya saja sampai diperjualbelikan dengan harga fantastis segala oleh para calo. Mungkin ini merupakan rekor tersendiri yang belum terpecahkan hingga saat ini di Indonesia untuk ukuran rock show underground.

Sempat dijuluki sebagai barometer rock underground di Indonesia, Bandung memang merupakan kota yang menawarkan sejuta gagasan-gagasan cerdas bagi kemajuan scene nasional. Booming distro yang melanda seluruh Indonesia saat ini juga dipelopori oleh kota ini. Keberhasilan menjual album indie hingga puluhan ribu keping yang dialami band Mocca juga berawal dari kota ini. Bahkan Burger Kill, band hardcore Indonesia yang pertama kali teken kontrak dengan major label, Sony Music Indonesia, juga dibesarkan di kota ini. Belum lagi majalah Trolley (RIP) dan Ripple yang seakan menjadi reinkarnasi Aktuil di jaman sekarang, tetap loyal memberikan porsi terbesar liputannya bagi band-band indie lokal keren macam Koil, Kubik, Balcony, The Bahamas, Blind To See, Rocket Rockers, The Milo, Teenage Death Star, Komunal hingga The S.I.G.I.T. Coba cek webzine Bandung, Death Rock Star (www.deathrockstar.tk) untuk membuktikannya. Asli, kota yang satu ini memang nggak ada matinya!

Scene Jogjakarta

Kota pelajar adalah julukan formalnya, tapi siapa sangka kalau kota ini ternyata juga menjadi salah satu scene rock underground terkuat di Indonesia? Well, mari kita telusuri sedikit sejarahnya. Komunitas metal underground Jogjakarta salah satunya adalah Jogja Corpsegrinder. Komunitas ini sempat menerbitkan fanzine metal Human Waste, majalah Megaton dan menggelar acara metal legendaris di sana, Jogja Brebeg. Hingga kini acara tersebut sudah terselenggara sepuluh kali! Band-band metal underground lawas dari kota ini antara lain Death Vomit, Mortal Scream, Impurity, Brutal Corpse, Mystis, Ruction.

Untuk scene punk/hardcore/industrial-nya yang bangkit sekitar awal 1997 tersebutlah nama Sabotage, Something Wrong, Noise For Violence, Black Boots, DOM 65, Teknoshit hingga yang paling terkini, Endank Soekamti. Sedangkan untuk scene indie rock/pop, beberapa nama yang patut di highlight adalah Seek Six Sick, Bangkutaman, Strawberry’s Pop sampai The Monophones. Selain itu, band ska paling keren yang pernah terlahir di Indonesia, Shaggy Dog, juga berasal dari kota ini. Shaggy Dog yang kini dikontrak EMI belakangan malah sedang asyik menggelar tur konser keliling Eropa selama 3 bulan! Kota gudeg ini tercatat juga pernah menggelar Parkinsound, sebuah festival musik elektronik yang pertama di Indonesia. Parkinsound #3 yang diselenggarakan tanggal 6 Juli 2001 silam di antaranya menampilkan Garden Of The Blind, Mock Me Not, Teknoshit, Fucktory, Melancholic Bitch hingga
Mesin Jahat.

Scene Surabaya

Scene underground rock di Surabaya bermula dengan semakin tumbuh-berkembangnya band-band independen beraliran death metal/grindcore sekitar pertengahan tahun 1995. Sejarah terbentuknya berawal dari event Surabaya Expo (semacam Jakarta Fair di DKI – Red) dimana band- band underground metal seperti, Slowdeath, Torture, Dry, Venduzor, Bushido manggung di sebuah acara musik di event tersebut.

Setelah event itu masing-masing band tersebut kemudian sepakat untuk mendirikan sebuah organisasi yang bernama Independen. Base camp dari organisasi yang tujuan dibentuknya sebagai wadah pemersatu serta sarana sosialisasi informasi antar musisi/band underground metal ini waktu itu dipusatkan di daerah Ngagel Mulyo atau tepatnya di studio milik band Retri Beauty (band death metal dengan semua personelnya cewek, kini RIP – Red). Anggota dari organisasi yang merupakan cikal bakal terbentuknya scene underground metal di Surabaya ini memang sengaja dibatasi hanya sekitar 7-10 band saja.

Rencana pertama Independen waktu itu adalah menggelar konser underground rock di Taman Remaja, namun rencana ini ternyata gagal karena kesibukan melakukan konsolidasi di dalam scene. Setelah semakin jelas dan mulai berkembangnya scene underground metal di Surabaya pada akhir bulan Desember 1997 organisasi Independen resmi dibubarkan. Upaya ini dilakukan demi memperluas jaringan agar semakin tidak tersekat-sekat atau menjadi terkotak-kotak komunitasnya.

Pada masa-masa terakhir sebelum bubarnya organisasi Independen, divisi record label mereka tercatat sempat merilis beberapa buah album milik band-band death metal/grindcore Surabaya. Misalnya debut album milik Slowdeath yang bertitel “From Mindless Enthusiasm to Sordid Self-Destruction” (September 96), debut album Dry berjudul “Under The Veil of Religion” (97), Brutal Torture “Carnal Abuse”, Wafat “Cemetery of Celerage” hingga debut album milik Fear Inside
yang bertitel “Mindestruction”. Tahun-tahun berikutnya barulah underground metal di Surabaya dibanjiri oleh rilisan-rilisan album milik Growl, Thandus, Holy Terror, Kendath hingga Pejah.

Sebagai ganti Independen kemudian dibentuklah Surabaya Underground Society (S.U.S) tepat di malam tahun baru 1997 di kampus Universitas 45, saat diselenggarakannya event AMUK I. Saat itu di Surabaya juga telah banyak bermunculan band-band baru dengan aliran musik black metal. Salah satu band death metal lama yaitu, Dry kemudian berpindah konsep musik seiring dengan derasnya pengaruh musik black metal di Surabaya kala itu.

Hanya bertahan kurang lebih beberapa bulan saja, S.U.S di tahun yang sama dilanda perpecahan di dalamnya. Band-band yang beraliran black metal kemudian berpisah untuk membentuk sebuah wadah baru bernama ARMY OF DARKNESS yang memiliki basis lokasi di daerah Karang Rejo. Berbeda dengan black metal, band-band death metal selanjutnya memutuskan tidak ikut membentuk organisasi baru. Selanjutnya di bulan September 1997 digelar event AMUK II di IKIP Surabaya. Event ini kemudian mencatat sejarah sendiri sebagai event paling sukses di Surabaya kala itu. 25 band death metal dan black metal tampil sejak pagi hingga sore hari dan ditonton oleh kurang lebih 800 – 1000 orang. Arwah, band black metal asal Bekasi juga turut tampil di even tersebut sebagai band undangan.

Scene ekstrem metal di Surabaya pada masa itu lebih banyak didominasi oleh band-band black metal dibandingkan band death metal/grindcore. Mereka juga lebih intens dalam menggelar event-event musik black metal karena banyaknya jumlah band black metal yang muncul. Tercatat kemudian event black metal yang sukses digelar di Surabaya seperti ARMY OF DARKNESS I dan II.

Tepat tanggal 1 Juni 1997 dibentuklah komunitas underground INFERNO 178 yang markasnya terletak di daerah Dharma Husada (Jl. Prof. DR. Moestopo,Red). Di tempat yang agak mirip dengan rumah-toko (Ruko) ini tercatat ada beberapa divisi usaha yaitu, distro, studio musik, indie label, fanzine, warnet dan event organizer untuk acara-acara underground di Surabaya. Event-event yang pernah di gelar oleh INFERNO 178 antara lain adalah, STOP THE MADNESS, TEGANGAN TINGGI I & II hingga BLUEKHUTUQ LIVE.

Band-band underground rock yang kini bernaung di bawah bendera INFERNO 178 antara lain, Slowdeath, The Sinners, Severe Carnage, System Sucks, Freecell, Bluekuthuq dan sebagainya. Fanzine metal asal komunitas INFERNO 178, Surabaya bernama POST MANGLED pertama kali terbit kala itu di event TEGANGAN TINGGI I di kampus Unair dengan tampilnya band-band punk rock dan metal. Acara ini tergolong kurang sukses karena pada waktu yang bersamaan juga digelar sebuah event black metal. Sayangnya, hal ini juga diikuti dengan mandegnya proses penggarapan POST MANGLED Zine yang tidak kunjung mengeluarkan edisinya yang terbaru hingga kini.

Maka, untuk mengantisipasi terjadinya stagnansi atau kesenjangan informasi di dalam scene, lahirlah kemudian GARIS KERAS Newsletter yang terbit pertama kali bulan Februari 1999. Newsletter dengan format fotokopian yang memiliki jumlah 4 halaman itu banyak mengulas berbagai aktivitas musik underground metal, punk hingga HC tak hanya di Surabaya saja tetapi lebih luas lagi. Respon positif pun menurut mereka lebih banyak datang justeru dari luar kota Surabaya itu sendiri. Entah mengapa, menurut mereka publik underground rock di Surabaya kurang apresiatif dan minim dukungannya terhadap publikasi independen macam fanzine atau newsletter tersebut. Hingga akhir hayatnya GARIS KERAS Newsletter telah menerbitkan edisinya hingga ke- 12.

Divisi indie label dari INFERNO 178 paling tidak hingga sekitar 10 rilisan album masih tetap menggunakan nama Independen sebagai nama label mereka. Baru memasuki tahun 2000 yang lalu label INFERNO 178 Productions resmi memproduksi album band punk tertua di Surabaya, The Sinners yang berjudul “Ajang Kebencian”. Selanjutnya label
INFERNO 178 ini akan lebih berkonsentrasi untuk merilis produk- produk berkategori non-metal. Sedangkan untuk label khusus death metal/brutal death/grindcore dibentuklah kemudian Bloody Pigs Records oleh Samir (kini gitaris TENGKORAK) dengan album kedua Slowdeath yang bertitel “Propaganda” sebagai proyek pertamanya yang dibarengi pula dengan menggelar konser promo tunggal Slowdeath di Café Flower sekitar bulan September 2000 lalu yang dihadiri oleh 150- an penonton. Album ini sempat mencatat sold out walau masih dalam jumlah terbatas saja. Ludes 200 keping tanpa sisa.

Scene Malang

Kota berhawa dingin yang ditempuh sekitar tiga jam perjalanan dari Surabaya ini ternyata memiliki scene rock underground yang “panas” sejak awal dekade 90-an. Tersebutlah nama Total Suffer Community(T.S.C) yang menjadi motor penggerak bagi kebangkitan komunitas rock underground di Malang sejak awal 1995. Anggota komunitas ini terdiri dari berbagai macam musisi lintas-scene, namun dominasinya tetap
saja anak-anak metal. Konser rock underground yang pertama kali digelar di kota Malang diorganisir pula oleh komunitas ini. Acara bertajuk Parade Musik Underground tersebut digelar di Gedung Sasana Asih YPAC pada tanggal 28 Juli 1996 dengan menampilkan band-band lokal Malang seperti Bangkai (grindcore), Ritual Orchestra (black metal),Sekarat (death metal), Knuckle Head (punk/hc), Grindpeace (industrial
death metal), No Man’s Land (punk), The Babies (punk) dan juga band-band asal Surabaya, Slowdeath (grindcore) serta The Sinners (punk).

Beberapa band Malang lainnya yang patut di beri kredit antara lain Keramat, Perish, Genital Giblets, Santhet dan tentunya Rotten Corpse. Band yang terakhir disebut malah menjadi pelopor style brutal death metal di Indonesia. Album debut mereka yang
bertitel “Maggot Sickness” saat itu menggemparkan scene metal di Jakarta, Bandung, Jogjakarta dan Bali karena komposisinya yang solid dan kualitas rekamannya yang top notch. Belakangan band ini pecah menjadi dua dan salah satu gitaris sekaligus pendirinya, Adyth, hijrah ke Bandung dan membentuk Disinfected. Di kota inilah lahir untuk kedua kalinya fanzine musik di Indonesia. Namanya Mindblast zine yang
diterbitkan oleh dua orang scenester, Afril dan Samack pada akhir 1995. Afril sendiri merupakan eks-vokalis band Grindpeace yang kini eksis di band crust-grind gawat, Extreme Decay. Sementara indie label pionir yang hingga kini masih bertahan serta tetap produktif merilis album di Malang adalah Confused Records

Scene Bali

Berbicara scene underground di Bali kembali kita akan menemukan komunitas metal sebagai pelopornya. Penggerak awalnya adalah komunitas 1921 Bali Corpsegrinder di Denpasar. Ikut eksis di dalamnya antara lain, Dede Suhita, Putra Pande, Age Grindcorner dan Sabdo Moelyo. Dede adalah editor majalah metal Megaton yang terbit di
Jogjakarta, Putra Pande adalah salah satu pionir webzine metal Indonesia
Corpsegrinder (kini Anorexia Orgasm) sejak 1998, Age adalah pengusaha distro yang pertama di Bali dan Moel adalah gitaris/vokalis band death metal etnik, Eternal Madness yang aktif menggelar konser underground di sana. Nama 1921 sebenarnya diambil dari durasi siaran program musik metal mingguan di Radio Cassanova, Bali yang
berlangsung dari pukul 19.00 hingga 21.00 WITA.

Awal 1996 komunitas ini pecah dan masing-masing individunya jalan sendiri-sendiri. Moel bersama EM Enterprise pada tanggal 20 Oktober 1996 menggelar konser underground besar pertama di Bali bernama Total Uyut di GOR Ngurah Rai, Denpasar. Band-band Bali yang tampil diantaranya Eternal Madness, Superman Is Dead, Pokoke, Lithium, Triple Punk, Phobia, Asmodius hingga Death Chorus. Sementara band- band luar Balinya adalah Grausig, Betrayer (Jakarta), Jasad, Dajjal, Sacrilegious, Total Riot (Bandung) dan Death Vomit (Jogjakarta). Konser ini sukses menyedot sekitar 2000 orang penonton dan hingga sekarang menjadi festival rock underground tahunan di sana. Salah satu
alumni Total Uyut yang sekarang sukses besar ke seantero nusantara adalah band punk asal Kuta, Superman Is Dead. Mereka malah menjadi band punk pertama di Indonesia yang dikontrak 6 album oleh Sony Music Indonesia. Band-band indie Bali masa kini yang stand out di antaranya adalah Navicula, Postmen, The Brews, Telephone, Blod Shot Eyes
dan tentu saja Eternal Madness yang tengah bersiap merilis album ke tiga mereka dalam waktu dekat.

Memasuki era 2000-an scene indie Bali semakin menggeliat. Kesuksesan S.I.D memberi inspirasi bagi band-band Bali lainnya untuk berusaha lebih keras lagi, toh S.I.D secara konkret sudah membuktikan kalau band `putera daerah’ pun sanggup menaklukan kejamnya industri musik ibukota. Untuk mendukung band-band Bali, drummer S.I.D, Jerinx dan beberapa kawannya kemudian membuka The Maximmum Rock N’ Roll Monarchy (The Max), sebuah pub musik yang berada di jalan Poppies, Kuta. Seringkali diadakan acara rock reguler di tempat ini.

Indie Indonesia Era 2000-an

Bagaimana pergerakan scene musik independen Indonesia era 2000-an? Kehadiran teknologi internet dan e-mail jelas memberikan kontribusi besar bagi perkembangan scene ini. Akses informasi dan komunikasi yang terbuka lebar membuat jaringan (networking) antar komunitas ini semakin luas di Indonesia. Band-band dan komunitas-komunitas baru banyak bermunculan dengan menawarkan style musik yang lebih beragam. Trend indie label berlomba-lomba merilis album band-band lokal juga menggembirakan, minimal ini adalah upaya pendokumentasian sejarah yang berguna puluhan tahun ke depan.

Yang menarik sekarang adalah dominasi penggunaan idiom `indie’ dan bukan underground untuk mendefinisikan sebuah scene musik non- mainstream lokal. Sempat terjadi polemik dan perdebatan klasikmengenai istilah `indie atau underground’ ini di tanah air. Sebagian orang memandang istilah `underground’ semakin bias karena kenyataannya kian hari semakin banyak band-band underground yang `sell-out’, entah itu dikontrak major label, mengubah style musik demi kepentingan bisnis atau laris manis menjual album hingga puluhan ribu keping. Sementara sebagian lagi lebih senang menggunakan idiom indie karena lebih `elastis’ dan misalnya, lebih friendly bagi band-band yang memang tidak memainkan style musik ekstrem. Walaupun terkesan lebih kompromis, istilah indie ini belakangan juga semakin sering digunakan oleh media massa nasional, jauh
meninggalkan istilah ortodoks `underground’ itu tadi.

Ditengah serunya perdebatan indie/underground, major label atau indie label, ratusan band baru terlahir, puluhan indie label ramai- ramai merilis album, ribuan distro/clothing shop dibuka di seluruh Indonesia. Infrastruktur scene musik non-mainstream ini pun kian established dari hari ke hari. Mereka seakan tidak peduli lagi dengan polarisasi indie-major label yang makin tidak substansial. Bermain musik sebebas mungkin sembari bersenang-senang lebih menjadi `panglima’ sekarang ini.

…And history is still in the making here…..

———————————————————–

*Gambar akan menyusul, sangat sulit mencari tampilan band2 tersebut apalagi generasi lawas yang kerap mengcover version lagu2 band luar era 60-70 an.

Musik Underground Sebagai Media Pembangkangan Kaum Muda


Musik adalah seni, bila orang awam yang menilainya. Kadang ada juga yang berpikir tanpa melihat atau peduli jenis musik apa yang akan dimainkan atau apa konsep musiknya. Tapi buat orang-orang yang menamakan dirinya atau sering disebut dengan komunitas underground, arti musik buat mereka tidak hanya sebatas itu. Memang mereka juga menganggap musik sebagai sebuah karya seni, tapi selain itu mereka juga menjadikan musik yang mereka mainkan sebagai alat untuk menyampaikan protes, kritik, kemarahan, dan kemuakan mereka terhadap peraturan-peraturan yang ada, termasuk sistem dan norma-norma yang ada di keluarga, masyarakat, agama, dan pemerintah. Mereka mengemas semua itu dengan musik yang kencang, berisik, dan berat dipadu dengan lirik yang kritis.

Sampai saat ini, belum ada defenisi yang kompak tentang apa itu underground. Karena tiap undergrounders (sebutan untuk musisi, penggemar, atau orang-orang yang peduli dengan underground) pasti punya jawaban masing-masing yang berbeda tentang underground. Musik underground itu lahir karena rasa jenuh dengan tren musik yang cengeng dan hampir semuanya membahas soal cinta. Akhirnya muncullah anak-anak muda yang benar-benar tidak peduli musik mereka laku atau tidak, disukai orang banyak atau tidak, yang penting mereka bisa menyalurkan aspirasi mereka melalui musik yang keras itu.

Tidak jelas kapan tepatnya musik underground lahir di Indonesia. Tapi yang pasti, musik underground d Indonesia muncul sebagai imbas dari tren musik Trash Metal di akhir tahun 80-an. Pada waktu itu "demam" Trash Metal sedang melanda remaja-remaja di dunia, yang dimotori oleh band-band cadas, seperti : METALLICA dan SEPULTURA. Dan akhirnya "demam" itupun sampai juga di Indonesia pada tahun 1987, yang jadi awal perkembangan metal di Indonesia, dan ditandai juga dengan munculna band-band metal lokal, seperti : ROTOR, SUCKERHEAD, ROXX, dsb. Tapi yang namanya tren, pastilah ada pasang surutnya. Hingga kemudian tren musik Trash Metal pun meredup dan hampir tak terdengar lagi.

Lalu di awal tahun 90-an, dunia musik Indonesia dihentakkan lagi dengan fenomena banyaknya bermunculan band-band cadas di kota-kota besar, seperti : Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, dsb. Dan mereka sepakat menyebut komunitas band dan musik mereka sebagai Underground, dengan jakarta dan Bandung sebagai basis terbesar komunitas underground pada masa itu. Komunitas yang didominasi oleh anak-anak muda penuh energi pemberontakan dan pembangkangan terhadap sistem dna norma-norma yang ada di masyarakat, dimana musik menjadi media penyaluran aspirasi mereka dan lirik sebagai senjatanya. Dalam sejarah kelahirannya, underground merupakan sebuah sikap yang berpihak terhadap perjuangan kaum tertindas dan anti kemapanan. Underground menyiratkan perlawanan dan muncul sebagai bentuk rasa ketidakpuasan terhadap tatanan sistem yang ada. Ketidakadilan, penindasan, dan kesewenangan merupakan sebagian kecil dari kebobrokan sistem yang kemudian melahirkan ide-ide dan ekspresi menyatu sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem yang ada saat ini.

Salah satu contoh band underground yang selalu menyuarakan pemberontakan dari awal berdirinya sampai sekarang adalah FORGOTTEN, yang berasal dari Ujung Berung - Bandung. Yang selalu mengundang kontradiksi bagi semua pihak dari lirik dan musiknya yang selalu mengundang adrenalin. Kemudian ada lagi HOMICIDE, band underground hip-hop yang selalu berorasi setiap kali manggung dan tidak jarang personil-personilnya ikut berdemonstrasi turun ke jalan, sebagai realisasi dari lirik-lirik protes mereka kepada pemerintah. Belum lagi nama-nama seperti KEPARAT, BALCONY, SERINGAI, BURGERKILL, KOMUNAL, dsb. Meski berbeda aliran musiknya, tapi intinya mereka tetap memainkan musik yang keras, dibalut dengan lirik-lirik yang kritis dan cerdas.

Itulah sedikit cerita tentang kaum underground yang berawal dari pembangkangan tapi lambat laun mereka mulai menuai sukses. Walaupun tren musik berganti dari tahun ke tahun, tapi underground tidak akan pernah mati, karena selama masih ada pemberontakan dalam diri anak muda, maka selama itu jugalah underground akan terus hidup.rizx

Kronis; Salam Lima Agama



Kronis terbentuk pada tanggal 01 November 2009, di dirikan oleh Yudha (beler) dan Fuad di kota Depok, Jawa Barat. Awal mula Kronis terbentuk karena keinginan yang besar dari yudha (beler) dan Fuad untuk membuat band Metal/Death Metal yang solid dan berkarakter hingga lagu-lagu’a pun dapat di nikmati MetalHead Indonesia maupun mancanegara. Kami berdua pun maju perlahan hingga Yudha (beler) memboikot Bagast seorang drumer yang juga teman lamanya untuk bergabung.

Kronis pun melangkah lagi dengan ber-personilkan 3 orang yaitu :

Yudha (beler) – Bass
Fuad – Guitar
Bagast – Drum

Tidak lama setelah itu Fajar pun masuk sebagai Guitar 2 di Kronis. Fajar Memiliki andil yang cukup besar di Kronis karena nama “KRONIS” ia yang berikan. Tetapi bongkar pasang personil pun terjadi, Fajar pun mengundurkan diri karena kesibukan pekerjaannya. Pada saat itu kronis membutuhkan vokalis dan Yudha (beler) mendatangkan Yudha (botak) untuk bergabung. Kronis pun maju dengan cepat hingga memiliki 2 lagu dan tidak begitu lama Yudha (Beler) kembali memasukan Latif (Akew) untuk mengisi kekosongan di Guitar 2. Kini Kronis pun sudah lengakap sebagai satu pasukan solid yang akan meramaikan blantika musik Underground Indonesia.

Line up Kronis saat ini yaitu :

Yudha (beler) – Bass
Fuad – Guitar
Bagast – Drum
Yudha (botak) – Vokal
Latif (Akew) – Guitar

Kronis mengusung genre NeoBrutalDeathMetal dengan Influence Disgorge (USA), Disavowed, Origin dan Suffocation.rizx

Web:
http://www.myspace.com/kronisbrutality.

Purgatory’s News Flash: Acoustic Album and Their Own Official Merchandise! Comin’ up!



Purgatory sekarang lagi ngapain, ya? Banyak yang nanyain kabar band metal yang isinya ada Sandman – vocal, Madmor – growl, L.T.F – guitar, Bad-Art – guitar, Bone – bass, Djackal – scratch & keys, dan Al – drums & sampling ini. Dapurletter barusan ngobrol bareng mereka seusai mereka latihan beberapa waktu lalu. Let’s check this out, Guys.

Sekarang Purgatory lagi ngapain? Nyiapin album baru mungkin? Secara udah lumayan lama juga jaraknya dari album terakhir kalian. Kalau iya, bisa kasih bocoran dikit ngga, konsepnya kayak gimana?

Rencana album baru paling dekat adalah album full acoustic, tapi terus terang emang masih ada beberapa kendala di management waktu dan instrumen.

Kalau misalnya sekarang kalian lagi nyiapin album baru, ada kemungkinan buat teman-teman Purgatory a.k.a MOGerz, nyumbang lirik atau lagu?

Lirik dan lagu Purgatory terus mengerucut ke tema syi’ar Islam. Kami berharap jangan memberi Purgatory label “fanatik” dengan sikap ini. Insya ALLAH kami akan terus mengusung syi’ar Islam, tapi juga kami jauh dari sifat fanatik.

Kami nggak pernah menutup akses kontribusi dari luar, tapi yang pasti semua orang tahu bahwa idealisme ini super sensitif, filternya musti hati-hati, nggak bisa sembarang terima aja. Contohnya nih, kami nggak bisa nerima masukan yang berpotensi mempertajam perbedaan pendapat dalam urusan agama, yang bersifat terlalu ekspresif dan emosional dalam urusan agama, termasuk yang keras-keras dan galak. Kami juga nggak bisa nerima masukan yang arahnya meremehkan syari’at agama (sekularis, pluralis, liberalis).

Ada satu topik discussion board di Purgatory’s Official Group of Mogerz di Facebook, judulnya panjang: “Saran dan masukan untuk album baru Purgatory (Musik, Lirik, Aransement, Materi, Wardrobe dsb)”. Topik itu nggak dicuekin, kami sendiri yang update. Coba ikuti link ini (http://www.facebook.com/topic.php?uid=78955924242&topic=10437).

Untuk karakter lirik Purgatory, MOGerz bisa coba kenali dari topik “Terjemah syair album Beauty Lies Beneath”. Just follow this link (http://www.facebook.com/note.php?note_id=186860804510).

Dalam hal penulisan syair, kami “tidak menganut sistem demokrasi”, tapi adalah musyawarah. Tapi, bismillah…kami berusaha sebijak mungkin mengangkat tema-tema yang emang “dibutuhkan”. Catatan: kebutuhan beda banget sama keinginan. Jadi MOGerz silakan kasih masukan kepada Purgatory, tapi siap-siap aja kalau misalnya kebanyakan kalian meminta kami mengangkat tema A, kami justru mengangkat tema Q atau Z. Sumber referensi syair-syair lagu kami ujung-ujungnya adalah Al-Qur’an. Ini yang nggak bisa dinego.

Kalian membuat group atau fanpage Purgatory. Ada rencana apa buat para teman kalian yang tergabung di dalamnya? Misal: gathering?

Sekarang kami sedang memperkuat hubungan sama MOGerz yang makin sering ngumpul. Yang pasti sekarang lagi nyusun kekuatan bareng beberapa produsen merchandisers, termasuk beberapa yang udah pernah bikinin merchandise Purgatory. Insya ALLAH dalam jarak 2 bulan ke depan Purgatory punya official merchandise gabungan dari 6 produsen di bawah satu merk/label, namanya MOGERZ, yang akan ngeluarin produk-produknya dalam waktu bersamaan. Alhamdulillah, 6 produsen itu semua dari kalangan MOGerz sendiri, bukan pedagang-pedagang yang mau ambil benefit dari satu komunitas tapi nggak ngerti apa itu MOGerz. Alhamdulillah komunitas ini bergerak.

Di bidang lain, MOGerz juga lagi menyusun kekuatan buat bikin gigs sendiri. Industri merchandise tadi berhubungan banget sama modal dari bikin gigs ini.

Jadi secara tidak langsung gathering yang ditanyain Dapurletter itu udah jalan duluan. Kami lebih gampang menerima masukan dari MOGerz yang bersifat kegiatan daripada lirik dan lagu. Insya ALLAH untuk ke depannya Purgatory dan MOGerz sama-sama membuat kegiatan-kegiatan offstage alias di luar manggung yang positif, higienis luar-dalam. Amin…

Kapan Purgatory ada show lagi?

Jadwal rencana manggung paling dekat di bulan Rabi’ul-awal (Maret/April): acara ultah Dapurletter, acara di Rossi Fatmawati, acara ulang tahun Distro, acara MOGerz di Bandung (manggung Purgatory pertama setelah 10 tahun nggak main di Bandung). Tapi sori banget, semuanya belum ada kepastian, dan belum bisa disebut nama-nama acaranya selain Dapurletter. Begitu ada kepastian insya ALLAH kami update ke group dan fan page Purgatory di Facebook.

OK. Ada pesan apa buat metalhead out there?

Please jangan jauhin kemetalan Purgatory dari ke-Islaman para personelnya, karena Islam ini yang menjadi alasan band ini masih ada. Bukan apa-apa sih, personel Purgatory selalu menempel kemetalan ini dengan Islam (bahkan saat kami tampil di Bali). Jadi justru publik yg ngebaca sendiri “adanya” sikap menjauhkan yang otomatis kontradiktif. Ada beberapa pertanyaan dari MOGerz kepada kami tentang beberapa penulisan mengenai Purgatory tanpa Islam. Kami cuma bisa menjawab apa adanya: “Seharusnya ada, tapi digeser”.

Jadi masukan dari kami adalah: kalau penyampaian-penyampaian Purgatory yang berbau Islam terkesan memberatkan dan musti digeser, jangan deh. Mending sekalian aja geser berita tentang Purgatory.

Betewe, jalan Purgatory emang udah terlanjur ribet dengan embel-embel Islam-nya. So be it!rizx

Melody Maker – Metal yang segar



Artist : Melody Maker
Judul Album : The Revenge from Bleeding Lolita
Produksi : Whisper Inc. Production
Format : Enhanced CD
Rilis : April 2008



Lama sudah saya menanti album dari band yang bernama Melody Maker dengan judul albumnya The Revenge from Bleeding Lolita dengan konsep metal yang segar ditahun 2008, ketika saya menerima album ini dari salah satu crew dapurletter.com koq ada sesuatu yang berbeda ya? yang jelas sekali terlihat dari konsep kemasan berbeda sebagaimana layaknya model Laser Disc aja. well it’s make nice bro, dialbum ini memang kita diharuskan untuk dapat bernyanyi ria dengan musik yang sedemikian brutal namun tetap ada komposisi yang membuat saya sangat terharu dengan berbagai unsur yang mereka masukkan didalam musik-musik mereka unsur jazz, gothic, rock, dan metal semua dicampur adukan dalam komposisi yang menarik. dengan bermodalkan 11 track dan ditangani oleh mereka sendiri proses pengerjaan dimana memakan waktu cukup lama tapi dengan hasil yang menurut saya ini adalah memuaskan sekali. eksploitas dan amarah mereka dalam bermusik sangat ditonjolkan dalam album ini dan dari beberapa lagu mereka memang cukup banyak diminati oleh pecinta musik seperti Hilang, Ilusi, dan Romance of The Black Rose. dengan mengusung tema penyesalan, kehilangan, dosa, dan keputus asaan. mereka berkiprah didunia musik bisa dibilang sudah siap tempur dan ini terbukti dengan show-show mereka yang sudah mencapai rekor sampai juli 2007 sudah mencapai 200 live on stage selama 3 tahun, band yang digawangi oleh Mehdi pada vocal, Ally pada gitar, Zakky pada bass, Boim pada drum, V-dell pada Keyboard, dan Dix pada gitar siap menyuguhkan musik metal yang baru ditahun 2008 ini.

Forgotten – Band penuh kontroversi



Artist : Forgotten
Judul Album : Tiga Angka Enam
Produksi : Rottrevore Recs
Format : CD
Rilis : 5 April 2008



Inilah band yang mungkin menjadi fenomenal diblantika musik metal indonesia dengan banyak pro dan kontra ttg mereka, death metal itu indah koq apabila kita memandangnya dari sudut pandang dan pola pikir yang positif dan maju. Forgotten bermusik untuk kita dan untuk yang menyayanginya, lirik-liriknya dialbum ini mempunyai makna yang besar dan berarti mendalam. segi musik mereka sudah tidak diragukan lagi deh bos musik yang agresif, teknikal, dan brutal serta lirik yang kontroversi itu adalah ciri dari band begundal asal bandung ini. apakah kalian siap dengan album yang bisa membakar adrenalin kita?rizx

Total Tragedy – New Ep is very gothic


Artist : Total Tragedy
Judul Album :
Produksi : Sonnengot Music
Format : CD ROM
Rilis : 2008



Satu lagi band Gothic asal surabaya ini terdengar masih tetap eksis dan tetap membuahkan hasil-hasil karyanya yang berbeda dari album-album sebelumnya sesuatu yang berbeda terlihat sekali ketika menerima packing dari mereka saya kira ini adalah kemasan CD untuk dibagi-bagikan dengan gratis ternyata persepsi itu salah, album dengan kemasan Bag Pack memang sesuatu yang unik juga dalam sebuah album rilisan sebuah band tapi mereka jenius untuk meberikan kepada kita agar dapat menikmati kemasan tersebut. hanya 2 lagu baru saja didalam album Ep terbarunya milik Total Tragedy berjudul Red Atmosphere & Morning Sun it’s nice song for singing, Dark & Gothic music. disamping itu ada juga bonus Ringtones & Alert Tones bagi kalian yang punya Hp bisa mendapatkannya juga didalam CD ini beserta foto-foto exclusive dari Total Tragedy. ditunggu nih full albumnya Total Tragedy dan saya kurang puas dengan hanya 2 lagu saja bro hahahha….rizx

Album DeadSquad – Horror Vision



Deadsquad (DS) salah satu band Death Metal asal Jakarta ini telah meluncurkan album perdana mereka pada awal bulan Maret 2009 lalu bertajuk Horror Vision. Dengan album ini mereka siap memanjakan telinga penggemar metal dengan berbagai unsur yang mereka ramu menjadi suatu formulasi nada yang terasa begitu mencekam, mulai dari technical death metal dengan tema lirik yang mengacu pada gelapnya sisi kehidupan, kualitas sound gitar dan permainan Stevi dan Coky yang tak diragukan lagi dalam downstroke dan lead yang cukup harmonis, begitu juga pada drum yang terasa begitu kental hyperblasting-grinding.

Diawali dengan intro simponi bernuansa gelap penuh misteri namun jauh dari kesan membosankan, lagu “Pasukan Mati” yang berdurasi sekitar 1:03 menit seolah menghempaskan kita kedalam jurang kematian yang berkarat. Pada lagu kedua kita dibawa berputar dalam badai yang mampu mengguncang isi kepala hingga jatuh tersungkur pada “Dimensi Keterasingan”. Dilanjutkan dengan lagu ketiga yang berjudul “Sermon Of Deception” yang siap menghasut kita untuk bersenandung bersama. Lagu “Dominasi Belati” yang berada pada urutan ke empat seolah menyayat telinga dengan komposisi dan penulisan yang cukup tajam, terlebih dengan sisipan unsur Jazz yang meskipun hanya sebentar namun terasa begitu membius. Pada lagu ke lima yang berjudul “Hiperbola Dogma Moniteis”, Deadsquad menghajar kita dengan ketukan yang begitu rapat dan permainan gitar yang lebih technical, mengingatkan saya pada band-band technical death Metal semacam Visceral Bleeding dan Spawn Of Possession.

Lagu “Manufaktur Replika Baptis” pada posisi ke enam yang juga menjadi single andalan di album mereka ini terasa begitu menghasut untuk ikut ber-headbanging, meskipun harus terhenti beberapa detik di sepertiga awal karena terdapat unsur klasik yang cukup harmonis pada gitar. Pada posisi ke tujuh, Deadsquad memainkan “Arise” dari lagu Sepultura, cover version ini cukup menarik dari sisi aransemen. Keganasan Deadsquad masih terus berlanjut hingga lagu “Horror Vision” yang dipilih sebagai ending pada album ini. Permainan drum Andyan Gorust tetap mengerikan dari lagu pertama hingga terakhir dan permainan gitar yang rumit akan mengantarkan kita pada sebuah dimensi lain yang penuh kengerian, juga dalam segi penulisan disetiap lirik lagu dalam album ini cukup cerdas, dan memang sejak pertama kali membuka sampul album ini saya langsung terpancing untuk berkonsentrasi pada sisi dalamnya yang mencantumkan lirik-lirik lagu yang sarat kesan filosofis dan sarkasme. Secara keseluruhan setelah menyimak setiap lagu dalam album ini, dengan menikmati komposisi musikalitasnya sambil menerawang jauh ke suatu dimensi lain yang mencekam saat menyusuri labirin aksara pada setiap lirik lagunya, saya tidak dihinggapi rasa bosan untuk kembali mendengarkan album ini secara berulang-ulang.rizx

Death Vomit ; Menyajikan Konser Deathmetal Pertama diIndonesia




Death Vomit – Flames of Hate
berikut slideshow dari DVD Video ini :
Format : DVD
Release : Mei 2009
Recorded : Live at Kedai Kebun, June 18th, 2008
Label : Rottrevore Records

Rate :

Video : 9/10, Audio : 7/10


DVD ini merupakan DVD konser death metal pertama yang disajikan oleh salah satu band legendaris di scene Death metal Indonesia, setelah sebelumnya di tahun 2005, Rottrevore merilis Rottrevore Deathfest yang menghadirkan beberapa band seperti Jasad, Forgotten, Disinfected dan Siksa Kubur. 40 menit yang menegangkan,mencengangkan menyaksikan aksi Sofyan,Oki,Roy si Trio pembunuh asal Jogja yang siap mengeluarkan energi dengan totalitas tinggi akan menyiksa pendengaran dan penglihatan anda ! Intensitas dan kualitas musik dari Death Vomit memang sudah tidak diragukan lagi, sejak saya menonton mereka pertama kali 11 tahun yang lalu, mereka tetap berenergi tinggi dalam menyulut kebisingan lewat lagu dan karya mereka. Hal tersebut anda akan saksikan dalam 40 menit penampilan mereka dalam DVD ini Berisikan 15 lagu yang diambil dari album “Eternally Deprecated” & “The Prophecy” Plus bonus videoklip dari lagu “Anthem to Hate”.

Kualitas tata lampu yang baik dapat direkam dengan kamera multi-angle sehingga para penonton seakan dibawa masuk ke area pertunjukan di kedai kebun Jogjakarta. Dalam DVD ini, tampak sekali stamina dari trio bajingan sadis ini tak pernah kendur malah dari lagu ke lagu mereka nampak menaikkan tempo dari lagu lagu dan terus bermain dengan kecepatan tinggi dan ditutup dengan Criminally Insane, sebuah lagu cover milik Slayer. namun satu hal yang menjadi nilai minus dalam DVD ini, bila didengarkan lewat audio sistem mungkin tidak terdengar bahwa sound yang dihasilkan adalah ‘mono’ tapi bila anda perhatikan ada beberapa track yang menghasilkan kualitas audio yang mono, sangat disayangkan.

Silakan nikmati pertunjukan dari Death Vomit dengan gitaris/vokalis mereka Sofyan Hadi dalam DVD ini. Pertunjukan ini salah satu yang terakhir dari beliau sebagai gitaris /vokalis Death Vomit, karena beliau memutuskan mengundurkan diri dari band ini.rizx

Incarnation – Hardcore malaysia yang keren



Artis: Incarnation
Album: Stainless Perfect Murder
Rilis: 2008
Format: CD
Label: Sub Human Productions
Point: 8/10



Band malaysia yang beranggotakan Udey – Gitar, Yadd – Voc, Shah – Bass, Azumbi – Drum, Najmi – Gitar dibentuk sekitar tahun 2005 bisa dikatakan masih terbilang baru dalam dunia musik wilayah asia walaupun sepak terjang mereka sudah bagus dinegara asalnya, melihat albumnya yang berjudul Stainless Perfect Murder merupakan keindahan hardcore yang sarat akan riff gitar dan beat speed drum menggoncang untuk kita tidak mungkin kalo hanya berdiam diri. simak beberapa lagu seperti In Last Bleed, The arrival, Prey, dll.. merupakan musik yang tidak bisa dianggap remeh it’s fuckin great really hardcore. walaupun saya tidak begitu paham tentang band ini tapi saya yakin dalam benak kalo band ini akan mendulang sukses diluar negara asalnya dan menggaet para hardcore mania untuk berkonsentrasi kepada musik-musik yang mereka suguhkan dengan brutal. aransemen yang rapih serta musik sempurna adalah suguhan terbaik Incarnation dialbum ini. menurut kabar yang kami terima dalam waktu dekat ini sekitar November 2009 Indonesia adalah target untuk melampiaskan kebrutalan mereka.rizx

Revenge – Bocah tengik dari jakarta yang berani bermain musik metal



Artis: Revenge
Album: Global Suffering Disease
Format: CD
Rilis: 12 Juni 2009
Produksi: Rottrevore Records
Point: 8/10



REVENGE walaupun masih mencoba menapak dalam scene metal tapi berani mencoba memborbadir telinga para Metalhead dengan musik yang berani mempertegas akan kegilaan dalam bermusik, inilah statement yang bias diberikan oleh band asal Jakarta REVENGE dimana regenerasi para penggemar dan penganut musik metal telah menjadi contoh yang gamblang, band yang dibentuk pada 14 Februari tahun 2006 ini diawaki oleh 4 bocah tengik yang berani memainkan musik metal dan menjauhkan musik-musik pop yang sedang digandrungi oleh anak-anak seumuran Rifki bachtiar (vocal), Raja Humuntar Panggabean (gitar), Rizky (bass), & Auliya Akbar (drum) justru Necrophagist, Origin, Cephalic Carnage, Nile adalah sembahan mereka (REVENGE) dan siapa sangka kalo dialbum ini musikalitas mereka terasah dengan baik, teknikal, riff-riff gitar dan melodi yang harmonis dan ditopang dengan hyperblast drum tanpa henti. Simak aja beberapa lagu mereka seperti Abnorrence, Abolishment of Idiosyncrasy, Global Suffering Disease adalah perwakilan musik cadas dari album mereka yang lugas dalam metal.rizx

Hatestroke – deathmetal berbahaya dari kota Kediri



Artis: Hatestroke
Album: The Schematic Diagram of Hate Distribution
Format: CD
Rilis: 6 Juli 2009
Produksi: Rottrevore Records
Point: 8/10



Kota kecil seperti Kediri, Jawa Timur ternyata memilliki band-band deathmetal berbahaya dan ganas, contohnya HATESTROKE. Band yang dibentuk pada januari 2004 (sebelumnya bernama DOWNSTROKE dengan formasi Teri – gitar lead, Casper – vocal, Yono – drum, Bimo – bass, & Onky – gitar rhytm. Nama HATESTROKE sendiri resmi diganti pada tahun 2005 dan formasi ini berubah menjadi Casper – vocal, Yeri – gitar, Soni – bass, & Sulih – drum dan setelah lama melintang akhirnya mereka merekam album perdananya namun saying setelah resmi dirilis komposisi personil berubah Casper – vocal, Yeri – gitar, Alan – bass, dan Battery – drum pada akhirnya mereka membuktikan kegarangan dalam musikalitasnya melalui album The Schematic Diagram of hatee Distribution, andalan hyperblasting drum yang kuat dan guttural growl dijamin 13 track bias membuat kalian tidak bernafas, simak saja seperti lagu The Burned, Kill…Kill…Kill, Suffer, Carnivorous merupakan anthem yang berani dari HATESTROKE.rizx

Cranial Incisored; Berfikir dan Berfilsafat



Artist: Cranial Incisored
Album : Lipan’s Kinetic
Label : Hellavila Records



Cranial Incisored adalah band yang berfikir. Mengapresiasinya memerlukan perenungan dan pemikiran, bukan kemarahan dan kekesalan. Mengharapkan kehitaman, darah, dan kengerian dari band ini adalah kesia-siaan belaka. Sebaliknya, gerombolan ini menaburkan sinkopisasi, teknik bermusik yang njelimet yang dikawinkan dengan lirik falsafati plus musik hasil perkawinan silang sana sini yang tak ayal membawa siapa saja untuk berhenti dan merenung, memikirkan, terperangah, kembali melaju dan melaju dengan cepat, untuk kemudian dipaksa tersendat dan tertawa hingga orgasmus. Semua instrumen seolah melesat liar dan berhenti untuk kemudian meliuk, menukik, meledak dan melesat kembali seringkali bahkan kadang tak bersama sama. Identitas inilah yang kuat melekat di CD mereka bertajuk Lipan’s Kinetic di bawah label Hellavilla. Nomor pertama Paradox of Paradoxical Paradigm adalah representasi semua yang telah dideskripsi di atas.

Mendengarkan keseluruhan track pada album kedua band berbasis di Jogja ini, tak diragukan lagi bahwa CI (demikian akronim yang biasa digunakan) adalah band yang konsisten dalam ramuan metal yang dengan suka cita mengalami hubungan pendek dengan unsur funk, punk, jazz, dan bahkan beat music. Permainan jazzy misalnya mengawali track ke empat Accelerating Velocity dimana sang gitaris Halim Budiono memainkan chord-chord ‘miring’ khas jazz. Ingin murni nomor Jazz? Simaklah lintasan ke enam yang bertajuk Jazz Ujan (raincoat) yang benar-benar bermain Jazz yang mereka rekam secara live.

Keistimewaan lainnya? Album yang mengeksploitasi habis falsafah serangga bernama lipan ini dikemas dengan amat baik, menggunakan material yang lux dan design grafis yang teramat kreatif yang hampir kesemuanya diotaki sendiri oleh Halim Budiono. Masih ada lagi : sejumlah bonus track dan extra CD ROM track. Inilah merchandise metal yang memperhatikan taste, yang tak saja bisa diapresiasi telinga, namun juga mendatangkan kepuasan tak berjangka waktu bagi siapa saja yang memilikinya. Bahwa Cranial Incisored adalah salah satu dari sekian banyak band metal tanah air yang technical itu adalah rahasia umum, namun fakta bahwa band ini menumbuhsuburkan tradisi metal berfikir dan menembus batas dan aturan dan bisa diakui eksistensinya itulah yang menjadikannya mendapat nilai teramat lebih. Kalaupun ada kekurangan yang harus disebutkan barangkali di permasalahan grammar di beberapa bagian lirik yang kesemuanya memang ditulis dalam bahasa Inggris. Namun siapa tahu, itu adalah bagian dari misi menembus pakem dan aturan yang membatasi?rizx

THEATRE OF TRAGEDY,Bubar



Kabar mengejutkan datang dari salah satu monster gothic dunia asal Norwegia, THEATRE OF TRAGEDY yang tiba-tiba secara resmi mengumumkan pembubaran band mereka. Dan berikut pernyataan dari band tersebut:

“Setelah menjalankan band ini selama 17 tahun akhirnya THEATRE OF TRAGEDY secara resmi bubar. Tentu ini bukan keputusan mudah. Namun setelah semua yang telah terjadi, akhirnya kami sepakat kalau Forever is The World adalah album terakhir band ini.

“Kami memang masih memiliki sejumlah kontrak panggung dan show terakhir kami adalah tanggal 2 Oktober 2010 di Stavanger, Norwegia” kata mereka.

Dan untuk pertama kalinya juga dalam sepuluh tahun terakhir THEATRE OF TRAGEDY akan menggunakan bassist additional di panggung mereka mulai Maret. “Kami sangat beruntung dapat menggandeng Erik Torp dari LOWDOWN dan orang ini akan membantu kami selama tur panggung di Eropa”.

THEATRE OF TRAGEDY dibentuk di tahun 1993 dan kini meninggalkan vokalis Raymond István Rohonyi, keyboardist Lorentz Aspen dan drummer Hein Frode Hansen sebagai personil asli yang tersisa. Dan band ini juga pernah memiliki Liv Kristine selama sepuluh tahun pertama dimana Kristine sendiri sekarang berkarir bersama band gothic lainnya, LEAVES’ EYES.

Delapan album telah dihasilkan Raymond cs termasuk album terakhir “Forever Is The World” yang beredar 18 September 2009 di bawah lisensi AFM Records dengan berisi sepuluh lagu. Album yang bisa dikatakan tidak begitu fenomenal, standard namun juga tidak membosankan.

Belum ada konfirmasi resmi mengapa band ini membubarkan diri.rizx

Souljah; Minta Dukungan Semesta



Band: Souljah
Album: Mestakung



Woohoo!! Salut buat band beraliran reggae-ska ini. Walaupun genre yg mereka usung bukan lagi genre yang lagi ngetop, tapi mereka tetap setia. Buktinya, mereka ngeluarin albu terbarunya, Mestakung.

Tahu nggak, nih album mengambil prinsip yang pernah diomongin sama Prof. DR. Yohannes Suryo, seorang pakar Fisika. Beliau bilang, kalau kita berusaha keras untuk sesuatu yang positif, maka semesta bakal mendukung. Makanya, judul albumnya Mestakung, dari kata “semesta mendukung”.

Di album ketiganya ini, Souljah nggak hanya mengusung reggae-ska tapi juga soul, rocksteady, dancehall, R&B bahkan ada sedikit sentuhan funk serta hip hop. Meskipun banyak yang bilang kalau mereka “No Doubt banget”, tapi mereka punya MC yang mampu ngasih suasana berbeda.

Album dibuka sama trek Loving Hand yang terdengar Souljah banget. Dengan vokal Danar yang khas: seksi tapi nggak cheapy. Loving Hand disusul dengan lagu Tak Selalu yang sudah sering kedengeran di radio. Tak Selalu lebih banyak memajang suara keren Said sang MC. Isinya menyatakan kalau nggak semua yang kelihatan indah itu memang indah. Nih lagu punya bagian reffrain yang seru banget. Didengerin berulang kali bikin bikin kita girang.. Beneran!

Ada juga Mars Jangkrik, Hanya Ingin Pulang dan Abidin yang kocak dan bisa bikin skanking. Kalau diperhatiin sih, liriknya rada nggak cihuy, tapi semua ketutup sama harmonisasi musik asyik yang bikin kita bisa sejenak ngelupain masalah dan ikutan berreggae-ria!!

Hellbeyond; Ramuan Deathmetal Yang Cerdas



Artis: Hellbeyond
Judul Album: The Strongest Stand Last
Rilis: 10 Januari 2010
Produksi: Rottrevore Records


Sudah bosan dengan musik yang bertempo cepat mungkin rasanya ini adalah pemikiran cerdas bagi Hellbeyond dalam mengolah ramuan musik deathmetal dengan matang dan terbukti sudah bagi mereka (Hellbeyond) dalam album yang berjudul The Strongest Stand Last ini terbedah secara perlahan lahan namun mematikan dengan gaya musik yang down tempo dalam kapasitas deathmetal.

Beberapa lagu dialbum mereka ini seakan kita bisa merasakan sekali aura musik begitu tercurah total untuk headbanger dalam setiap pattern yang tercipta dengan apik, simak aja seperti lagu; Distress Ended, To Protect And Severe, The Strongest Stand Last, Jelaga Nihil, Slaughtered, Rage Unleashed.

Dengan kemasan album ini dalam format digipack dirasakan ada yang istimewa untuk disuguhkan dalam album ini, cover kiasan artwork terlihat simple dengan menonjolkan gambar tangan dari seseorang dibalut kain penuh darah yang siap bertempur melawan apapun guna untuk bertahan demi kekuatan mereka di musik.

Band yang beranggotakan Aditya – vocal, Irfan – bass, Ryan – drum, Luke – gitar, dan Edz – lead gitar merupakan pejuang – pejuang cerdas dari bandung yang membuat sebuah perubahan dalam komposisi musik dengan gaya baru dan unik untuk pecinta musik deathmetal indonesia.rizx

FUNERAL INCEPTION Dihuni 3 Personil Baru



Band brutal death metal Jakarta, FUNERAL INCEPTION pagi ini mengumumkan tiga personil baru mereka di posisi drum, gitar dan bass menggantikan tiga personil lama. Ketiga personil baru tersebut juga masih bergabung di band-band lama mereka seperti Rusdy menjadi bassist baru FUNERAL INCEPTION dan tetap bermain untuk TRAUMA begitu juga dengan gitaris kedua, Edos bersama PROSATANICA.

FUNERAL INCEPTION sekarang :
Donny Iblis – Vocals
Iwan – Guitars
Edos [PROSATANICA] – Guitars
Rusdy [TRAUMA] – Bass
Adhyt [ABBATOIR] – Drummer

Disinggung tentang kedatangan anggota-anggota baru, tentu ada personil lama yang tidak lagi bermain untuk FI dan band tersebut juga memiliki alasan dengan pergantian yang mereka lakukan seperti A.A yang kini tinggal di Kuta, Devy karena permasalahan keluarga namun kondisi berbeda untuk Rony yang dianggap indisiplioner.

“AA dan Devy selalu menjadi anggota keluarga besar FUNERAL INCEPTION karena mengundurkan diri dengan terhormat dan sopan, tapi tidak halnya dengan Ronny,” kata sang vokalis, Donny Iblis.

Pergantian sejumlah personil tentu kerap menimbulkan tanda tanya besar yang sering dianggap sang motor memiliki sifat diktator dan Donny memiliki alasan untuk hal tersebut. “Diktator tidak selamanya adalah negatif. Ketika menghadapi sebuah permasalahan pelik dalam band, seorang diktator harus tampil untuk menangani masalah dan bukan ikut-ikutan loyo dalam masalah tersebut yang ujungnya malah tidak berkesudahan,” tambah Donny.

Sementara untuk rencana perilisan album ketiga, FUNERAL INCEPTION tidak ingin mundur dari beberapa tekanan yang mencap lirik mereka bermuatan provokatif terutama mengenai moral agama. “Kami akan membuat musik yang jauh lebih ngebut dan lebih teknikal dari sebelumnya. Dan dengan lirik yang tetap gelap dan provokatif,” pungkas vokalis yang lebih dikenal dengan nama Iblis tersebut.

Bagi yang penasaran dengan konsep musik FUNERAL INCEPTION, kalian dapat membaca review album terbaru mereka, disini.

Rencananya tanggal 12 Maret mendatang, FUNERAL INCEPTION untuk pertama kali dengan personil barunya akan tampil di tur “Smash Your Ace Tour 2010″ dimulai di RSPD Klaten dengan tiket gratis. Kemudian esoknya di GOR Mini Karanganyar dan 14 Maret 2010 di Malang.rizx

Seringai; Rilis DVD Generasi Menolak Tua



Sudah dengar kabar kalau Seringai bakal merilis DVD? Nah, 28 Februari kemarin, band berisikan Arian13, Ricky, Khemod dan Sammy ini ‘melempar’ DVD yang dikasih judul Generasi Menolak Tua. Selain ‘ngelempar’ DVD-nya ke pasaran, ada juga sesi signature yang dilakukan di Howling Wolf, Cipete.

Begitu ngelihat bagian belakang cover DVD, dijamin bakal cengengesan. Kocak abis bro! cengiran nggak akan berhenti saat DVD mulai diputar, ada banyak keseruan yang terekam seiring perjalanan band yang lagunya sering jadi anthem buat para penduduk urban ini.

Maaan!! Terserah deh, lo Serigala atau bukan, yang pasti, DVD Generasi Menolak Tua milik Seringai ini patut banget dijadiin koleksi. Selain nampilin live interview para personil, nih DVD juga nampilin testimoni dari banyak orang, mulai dari fans hingga jurnalis musik tanah air tentang Seringai.

Kita nggak hanya bisa melihat serunya penampilan live band yang musiknya sering disebut-sebut sebagai high octane rock ini juga nampilin footage mereka pas mau manggung. Bikin merasa dekat sama band berisikan Arian13, Ricky, Khemod dan Sammy ini.

Nggak rugi banget deh untuk beli dan nonton nih DVD. Berani jamin, walau tadinya lo nggak ngefans sama mereka, lo bakal obsessed sama Seringai. Buruan cari DVD-nya, harganya Cuma 35 ribu perak.rizx


Jelata; Tetap Berada Pada Rap Metal Core

* Tuesday, March 9, 2010, 9:50
* Band
* 68 views
* 1 comment

JELATA terbentuk 17 mei 2006 di bandung dengan personil Agel (vokal), Rangga (gitar), Adut (Gitar), Ronal (Bass), Oblo (Drum) langsung mengusung ganre rap metal core dengan membawakan materi lagu sendiri dan mengcover beberapa lagu dari Downset, Rage Against The Machine. Seiring waktu dan sering bongkar pasang personil Di tahun 2008 dengan masuknya vokalis cewek (Dhenia) dan pemain keyboard (Marcel) JELATA sempat berganti aliran ke rock gothic. Tapi alhasil, formasi ini tidak bertahan lama hingga ahir tahun 2009 terjadi perubahan besar dengan keluarnya 3 personil (Adut, Marcel, dan Oblo) di karenakan sibuk dengan kegiatan lainnya.

JELATA pun sempat niat membubarkn diri tapi karena ada panggilan manggung yang harus di pertanggung jawabkan di bandung dan jakarta akhirnya JELATA dapat di pertahankan. Dengan personil tersisa yaitu Ronal, Rangga, dan Agel dengan membawa additional player untuk posisi drum (Atex) JELATA bisa menyelesaikan kontrak di beberapa event.

Selesai event di jakarta Dhenia mengundurkan diri dengan sisa kekuatan yang ada (Agel – vokal, Rangga – gitar, Ronal – bass, Atex – Drum), JELATA mencoba merombak materi lagu yang ada dan kembali ke jalur lama dengan mengusung ganre RAP METAL CORE. Dan untuk mengenal lebih dekat dengan JELATA anda bisa dengarkan basa-basi busuk kami dalam album kompilasi EDANKEUN COMPILATION VOL 1 bersama band – band underground asal Bandung, Jakarta, Sukabumi, Puwakarta. Dan di distribusikan sampai ke luar negeri (Malaysia, Singapura, dan Australia) yang rilis pada tangga 14 maret 2010.

Selain kompilasi di atas JELATA juga terlibat di COUPLELICIUS COMPILATION bersama band-band underground Malaysia, Jakarta, Bandung, Bali yang masih dalam proses dan di rilis april 2010.

Contact Person :
081320939666

E-mail :
nal_chaos@yahoo.co.id




INDOGRINDNESIA 2010 # 2; Bandung Memanas

* Wednesday, March 10, 2010, 7:24
* Liputan Acara
* 115 views
* 1 comment

INDOGRINDNESIA 2010 # 2
Tanggal: 5 Maret 2010
Tempat: Fame Station, Bandung
Jam: 14.00 – selesai
Liputan/Foto: Rangga/Aziz

Bandung, Kota Kembang yang “mustinya” berhawa sejuk, mendadak panas dan beraura hitam. Please welcome, Putrid Pile! Hell yeah!

Yup, band brutal death metal Putrid Pile asal Racin, Wisconsin, US ini nyamperin Bandung, 5 Maret 2010 lalu. Lokasi konser juga mendukung keganasan Putrid Pile, yaitu di sebuah bukit di kawasan Ledeng, tepatnya di Jalan Sersan Badjuri. Metalhead yang datang nggak hanya dari seputaran Bandung dan Jakarta, lho. Ada tuh yang datang jauh-jauh dari Bali dan Makassar. Great effort, Man!

Acara dimulai sekitar jam empat sore hari dan menghadirkan beberapa band pendukung, kayak Plasmoptysis – Bandung, Hatestroke – Kediri, Rezume – Bali, Bleeding Corpse – Bandung, dan band asal Checz Republic, Onanizer.

Man “Jasad” yang bertindak sebagai MC, dengan gaya dan candaan yang segar mengomando Plasmoptysis untuk naik ke panggung. Band yang digawangi Argha – vocal, Dedy – guitar, Endry – guitar, Sandro – bass, dan Dawan – drums, memulai aksi mereka dan mengajak para pencinta death metal yang datang agar merapat ke bibir panggung. Benar-benar intro panas dari barudak Bandung!

Berlanjut dengan penampilan Casper- vocal, Yeri – guitar, Battery – drums, dan Alan –bass yang tergabung dalam band asal Kediri, Jawa Timur, Hatestroke. Mereka mampu memukau para Metalheads. Selain karena permainan technical death metal mereka yang keren, Hatestroke juga menghibur. Bisa jadi karena jarang ada band metal dari Jawa Timur bermain di kota Bandung. Edan euy!

Setelah Hatestroke, giliran penampilan band asal Checz Republic, Onanizer. Band grindcore yang satu ini nggak bisa dianggap enteng. Permainan cepat serta vokal yang nggak kenal pelan ini membombardir Metalhead tanpa banyak intro. Ondra “Burtko” Bártko – vocal, Ján “Kavron” Tomo – bass, Karel “Chessgrinder” Kamarýt – guitar & vocal, Roman “Koller” Kollár – drums, menghadirkan beat-beat yang cepat walaupun jeda waktu lagu-lagu mereka hanya berkisar 2 menit. Selain di Bandung, Onanizer juga melakukan tur ke Malang, Denpasar, dan Kuta.

“Saya ingin sekali pergi ke Candi Borobudur, karena tempat itu memang sudah ada di pikiran saya sejak saya tahu soal tempat yang paling menarik di Indonesia,” kata Karel kepada Dapurletter. Saat kami cek ke pihak manajemen Onanizer, mereka ternyata memang ada waktu untuk berwisata dan Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, menjadi pilihan mereka.

Penampilan dilanjutkan oleh band asal Bali, Rezume. Band slamming brutal death metal yang beranggotakan Memet – vocal, Kadir – guitar, Adit – guitar, Gustra – bass, dan Beer – drums ini mampu memancing area stage penuh dengan atraksi moshing dan body surfing. Totally slamming! Bleeding Corpse menjadi band terakhir yang tampil sebelum akhirnya Putride Pile muncul. Bleeding Corpse yang sangat dikenal di kalangan pencinta death metal lokal bermain dengan gahar tanpa banyak basa-basi dan langsung menggerinda telinga Metalhead yang ada di area depan stage. Boby – vocal, Uus – guitar, Luk – bass, dan Ari Tatto – drums, menjadi momok yang ambisius dalam penyuguhan lirik – lirik pedas saat tampil malam itu. Ditambah hadirnya vokalis Demons Damn, nona Popo dengan growl-growl yang totally extreme.

Putrid Pile!!!

And finally, Putrid Pile pun tampil. Mereka tampil membawakan single-single dari album House of Dementia seperti God of Degradation, Dead, Waste of Flesh, dan The Face of Death. Penampilan apik dari single player. Banyak yang penasaran dengan band ini, di mana sang vokalis yang bernama asli Shaun LaCanne ini bermain dengan drum elektronik dan hanya bermain pada gitar, tapi performa growl – scream dan permainan gitarnya benar – benar rapi.

Band ini tergolong unik dimana hanya Mr. Shaun Lacanne saja yang mengolah, meracik musik deathmetal hingga tampil didepan para fansnya di kota kembang (bandung) dengan maksimal pada malam itu.

Konser yang bertitle INDOGRINDNESIA 2010 # 2 yang dimotori oleh Mr. Eko dari Deep Insight di mana tahun lalu pernah membawa band slamming death metal asal San Diego, Condemned ini pun sukses walau jumlah Metalhead yang datang nggak spektakuler banyaknya. Perasaan puas sangat terasa jelas setelah Putrid Pile mengakhiri penampilannya. Yeaaaahhh! Putrid Pile mengakhiri penampilannya. Yeaaaahhh!



Home » Band » Titik Koma; Melodic Death andalan Surabaya
Titik Koma; Melodic Death andalan Surabaya

* Monday, March 1, 2010, 5:27
* Band
* 251 views
* Add a comment

TITIKKOMA1Terlahir di Surabaya tahun 2005, TITIK KOMA awalnya memainkan konsep Hardcore Metal yang terinfluence oleh Caliban dan As I Lay Dying. Seiring berjalannya waktu, TITIK KOMA berpindah haluan dan merubah konsep musiknya menjadi Death Metal pada tahun 2006. Di akhir tahun 2006 konsep musik TITIK KOMA berubah lagi menjadi Melodic Death Metal dengan influence utama The Black Dahlia Murder.

Nama TITIKKOMA merupakan intrepretasi bebas dari ‘kematian’. Sebagian orang ada yang percaya bahwa kematian itu seperti sebuah titik, dimana kematian merupakan akhir dari segalanya, tidak ada apa apa setelah kematian. Sedangkan sebagian yang lain percaya bahwa kematian seperti sebuah koma, kematian merupakan pintu menuju kehidupan yang lain.

Pada 2008 TITIKKOMA merilis album berjudul ‘Recode The Revelation’ melalui Label Premature Records, Surabaya. Album ini berisikan 9 buah lagu yang merangkum proses bermusik TITIKKOMA sejak tahun 2005 yang memainkan Hardcore Metal hingga tahun 2008 dengan konsep Melodic Death Metal.

Rencananya album ini juga akan dirilis di Korea dan Inggris melalui Label Realize Records di tahun 2010 ini. Album ini bercerita tentang masalah sosial politik agama yang selalu berkutat di Indonesia. Melalui musik, TITIKKOMA berusaha menyuarakan realita-realita disekitar manusia yang sering tidak dianggap manusia sebagai realita. Musik TITIKKOMA merupakan ajakan terhadap sesama untuk melihat kehidupan secara sederhana dengan pola pikir yang istimewa’ [Gelar]. Album ini merupakan sebuah album ‘eksperimen’ dari progress bermusik TITIKKOMA.

Banyak sekali pengaruh warna musik yang dilebur dalam album ini, mulai dari Heavy Metal, Hardcore hingga Death Metal. Sebagai tambahan info, sebelum album “Recode The Revelation”, TITIKKOMA juga sempat merilis mini album berjudul ‘My Secret Sin’ dan ambil bagian di dua buah album kompilasi berjudul ‘Surabaya Collection’ dan ‘Fuddy Duddies’. Long Live TTITIK KOMA! (Biography Edited by METALnino).

Formasi TITIKKOMA solid sejak awal didirikan hingga saat ini, yaitu: Lutfie (Vocal), Agra (Drum), Andika (Bass), Gelar (Gitar). Saat ini TITIKKOMA berada di bawah management GOD LOGIC.

Untuk kontak dan info lebih lanjut bisa menghubungi :
Rara Vintages: [ +6285646018228 ], Sabrina Dian Utami : [ +6285732541988 ], Kuro Damnass: [ +6285655222568 ]

Email :
titikkomametal@yahoo.co.id

Web :
www.myspace.com/titikkomametal